Pijar Harapan Baru: Rehabilitasi Belasan Sekolah di Pasuruan Dimulai, Target Tuntas Sebelum Akhir Tahun
Pasuruan- Sebuah langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Perbaikan dan rehabilitasi terhadap belasan gedung Sekolah Dasar (SD) yang mengalami kerusakan akhirnya resmi dimulai. Geliat ini menjadi angin segar dan pijar harapan baru bagi para siswa dan guru, menandai dimulainya perbaikan infrastruktur pendidikan yang lebih layak dan aman.

Baca Juga : Surga Tersembunyi Di Balik Hiruk-Pikuk Kota
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud) Kabupaten Pasuruan, sebagai leading sector dalam program ini, telah menetapkan target yang jelas dan ambisius: seluruh proses rehabilitasi harus tuntas sebelum penutup tahun 2025. Komitmen ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam menangani masalah infrastruktur pendidikan.
Dimulai dengan 19 Paket Pekerjaan
Saat ini, proses perbaikan telah memasuki tahap eksekusi. Sebanyak 19 paket proyek rehabilitasi secara resmi telah digarap setelah diselenggarakannya Pre Construction Meeting (PCM). Pertemuan ini menjadi momen penting untuk menyamakan persepsi dan komitmen antara Dispendikbud dan para pelaksana proyek di lapangan.
Kepala Dispendikbud Kabupaten Pasuruan, Tri Krisni, dengan tegas menyatakan bahwa seluruh pekerjaan diharapkan dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. “Kami memastikan pengawasan ketat agar tidak ada penundaan. Untuk 19 paket rehab SD yang dikerjakan melalui penunjukan langsung, prosesnya sudah berjalan. Sementara untuk paket yang masih dalam proses tender, kami telah menekankan komitmen penyelesaian bersama Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) agar semuanya dapat berjalan simultan,” papar Krisni.
Ruang Lingkup dan Variasi Anggaran Perbaikan
Rehabilitasi ini dirancang untuk menjawab berbagai masalah kerusakan yang dihadapi sekolah-sekolah. Cakupan perbaikannya cukup komprehensif, mulai dari perbaikan ruang kelas yang bocor dan berlubang, penggantian atap yang sudah rapuh, hingga perbaikan fasilitas sanitasi dan saluran air yang sering menjadi masalah mendasar. Kerusakan yang ditangani bervariasi, mulai dari tingkat kerusakan ringan hingga berat.
Karena variasi tingkat kerusakan inilah, besaran anggaran yang dialokasikan untuk setiap sekolah juga berbeda-beda. Anggaran disesuaikan dengan skala dan kompleksitas perbaikan yang dibutuhkan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Komitmen Penyelesaian Tepat Waktu dari Pelaksana Proyek
Salah satu rekanan yang dipercaya mengerjakan proyek fisik dari Dispendikbud mengungkapkan bahwa batas akhir seluruh pekerjaan ditetapkan pada 28 Desember 2025. Meskipun mengakui bahwa waktu pengerjaan terbilang singkat, pihaknya optimis dapat memenuhi tenggat waktu tersebut.
“Kami telah menyusun strategi dan timeline yang ketat. Jadi, kami akan mengupayakan semaksimal mungkin agar pengerjaan fisik di lapangan dan pelaporan administrasi dapat diselesaikan sebelum tanggal 28 Desember,” ujar perwakilan rekanan tersebut.
Dia juga menambahkan bahwa nilai proyek untuk sebagian besar lokasi berkisar di angka Rp 195 juta. Nilai ini, menurutnya, cukup realistis dengan sifat pekerjaan yang dilakukan. “Ini bukan pembangunan gedung baru dari nol, melainkan rehabilitasi. Pekerjaannya relatif lebih ringan karena fokusnya adalah memperbaiki bagian-bagian yang rusak. Dengan demikian, kami sangat yakin target waktu dapat dipenuhi tanpa mengorbankan kualitas,” imbuhnya.
Harapan untuk Kualitas di Tengah Waktu yang Singkat
Di balik optimisme tersebut, Dispendikbud Kabupaten Pasuruan tidak lupa memberikan penekanan khusus. Pihaknya berharap dan akan mengawasi agar semua rekanan dapat menjaga standar kualitas pekerjaan yang tinggi. Kecepatan pengerjaan tidak boleh menjadi alasan untuk menelantarkan mutu material dan ketepatan pelaksanaan. Setiap bangunan yang direhabilitasi haruslah kuat, aman, dan nyaman untuk mendukung proses belajar mengajar.
Dengan dimulainya rehabilitasi ini, diharapkan pada awal tahun 2026 mendatang, ratusan siswa di Kabupaten Pasuruan dapat menikmati suasana belajar yang lebih kondusif. Langkah ini bukan sekadar perbaikan fisik, melainkan investasi berharga bagi masa depan generasi penerus bangsa.




